Ada tiga objek yang biasanya akan kita lihat ketika dolan di pantai Gunung Kidul, Yogyakarta, yaitu ombak, batu karang, dan pasir putih yang agak kecokelatan. Selain ketiga hal itu, sebetulnya ada satu objek lain yang biasanya kita lihat, tetapi tidak kita sadari. Barangkali kita tidak menyadarinya karena belum mengenalnya.
Gambar Pantai Nguyahan yang berisi ombak, batu-karang, dan pasir putih-kecokelatan
|
Objek yang
penulis maksud di atas adalah sebuah biota laut yang biasa terlihat menempel pada
karang-karang besar di sekitar pantai yang selalu terkena hempasan ombak.. Biota
ini berpostur kecil, biasa bergerombol, berwarna hijau, tipis, dan selalu
bergoyang mengikuti arah arus air. Apakah Anda mengenai biota init? Atau Anda
pernah melihatnya?
Mungkin Anda pernah,
bahkan sering melihatnya. Namun, Anda tidak ngeh
karena belum mempunyai informasi mengenai biota ini. Nama spesies biota ini
adalah Ulva sp. Sejenis ganggang yang
hidup dengan menempel di karang. Atau seringkali kita menyebut dia sebagai
salah satu jenis rumput laut.
Gambar Ulva sp. yang menempel di pinggir karang |
Penampakan sebagian Ulva sp. yang terendam air laut |
Ulva sp. ketika di pegang |
Penampakan Ulva sp. yang tipis dan hijau |
Awalnya,
penulis pun juga tidak ngeh dengan
keberadaan si Ulva sp., meskipun
beberapa kali penulis dolan ke pantai.
Penulis kemudian tahu tentang identitas si Ulva
sp., ketika penulis dolan ke
Pantai Gesing yang terletak di daerah Panggang, Gunung Kidul.
Sewaktu penulis
berkunjung di salah satu warung penjual makanan yang ada di sana, penulis
melihat sebuah bungkusan plastik bening berisi makanan yang berwarna hijau.
Kripik Ulva sp. yang banyak di jual di panai Gn. Kidul |
“Itu keripik
rumput laut mas.” Kata pemilik warung setelah penulis menanyakan apakah isi
dari plastik tersebut.
Selama ini,
penulis belum pernah sekali pun merasakan rumput laut dalam bentuk aslinya.
Paling-paling hanya merasakan yang sudah dalam bentuk olahan ataupun merasakan
rasanya saja seperti ketika kita makan makanan ringan. Karena di dorong oleh alasan
itulah, penulis kemudian mencoba untuk mencicipi keripik rumput laut tersebut.
Setelah di coba,
rumput laut tersebut terasa renyah dan rasanya pun mirip seperti rumput laut yang
penulis makan dalam bentuk olahan.
“Itu lho mas, rumput lautnya banyak
nempel di sekitar karang. Kalau mas-nya mau liat aslinya, langsung aja liat ke
sana. Yang biasa membuat keripik juga ngambilnya langsung dari sana kok.” Kata si pemilik warung memberitahukan
di mana tempat tinggal si Ulva sp.
Berdasarkan
informasi tersebut, penulis langsung melakukan cek TKP dan hasilnya benar
seperti yang dikatakan oleh pemilik warung, si Ulva sp.banyak sekali terdapat di sana. Saat itu, penulis pun baru ngeh, kalau ternyata selama ini makluk
yang biasa penulis injak ketika bermain di karang adalah si Ulva sp. yang baru saja penulis makan.
Pengunjung yang sedang menduduki gerombolan Ulva sp. |
Setelah mengetahui
bentuk asli dari si Ulva sp.,
terlintas di benak penulis bersama teman-teman untuk mencoba mengolah sendiri
rumput laut tersebut di rumah. Penulis pun mengambil beberapa rumput laut
sebagai bahan percobaan.
Dua model yang sedang mengambil Ulva sp. |
Beberapa
percobaan yang penulis lakukan bersama teman-teman, yaitu membuat rumput laut
tersebut menjadi rumput laut crispy dan stick rumput laut.
Untuk membuat rumput laut crispy, penulis menggunakan bahan-bahan, seperti:
- rumput laut segar,
- bawang merah,
- bawang putih,
- tepung,
- telur, dan
- merica.
Hasil percobaan membuat rumput laut crispy |
Cara mengolahnya, rumput laut di beri bumbu bawang merah halus, bawang butih halus, dan merica. Lalu rumput laut dimasukkan ke dalam telur sehingga lengket dan di baluri dengan tepung sehingga tepung menempel pada permukaan rumput laut. Terakhir rumput laut tersebut di goreng.
Ulva sp. yang sudah di cuci bersih |
Membalur Ulva sp.dengan tepung |
mengoreng Ulva sp. |
Dan untuk
membuat stick rumput laut, penulis
menggunakan bahan-bahan sama seperti di atas. Hanya, cara mengolahnya, yaitu rumput
laut terlebih dahulu di haluskan dengan di blender. Kemudian rumput laut yang
sudah halus di beri bumbu bawang merah halus, bawang putih halus, telur, dan
merica, kemudian di campur ke dalam tepung terigu. Selanjutnya dibuat adonan
hingga menjadi kalis (elastis) dan di cetak dengan menggunakan alat (entah apa
namanya). Setelah jadi, stik rumput laut kemudian di goreng.
membuat adonan |
Membentuk adonan menjadi stick dengan alat yang penulis belum tahu namanya (kalau ada yang tau namanya, mohon penulis di kasih tau ) |
Stick Ulva sp. yang lebih mirip wader goreng |
Ps: Oh ya,
penulis pun awalnya juga tidak mengetahui nama dari rumput laut tersebut.
Penulis kemudian mengetahui kalau namanya Ulva
sp. setelah mencari di berbagai literatur yang berkaitan dengan biota laut.
Dan jangan lupa, walaupun saat ini kita telah mengetahui manfaat dari biota ini,
harap jangan memanfaatkanya secara berlebihan ! Karena eksploitasi (pemanfaatan)
yang berlebihan dapat mengurangi populasi dari biota ini. Harapan penulis, setelah
mengetahui manfaat dari biota ini, kita jadi terdorong untuk mencari cara
untuk memperbanyak biota ini (budidaya) atau minimal berusaha melindungi habitat
biota ini. Selamat mencoba!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar