Pernah nonton film Superman?
Jika Anda menonton film Superman, Anda pasti akan melihat sang jagoan melakukan hal-hal yang mustahil dilakukan oleh manusia biasa, seperti melempar mobil dengan tangan kosong, menghancurkan pintu baja, melompati gedung, dan aksi aneh lainnya.
Mengapa Superman bisa melakukan hal-hal aneh semacam itu?
Alasannya adalah karena dia memiliki kekuatan super.
Jika Anda menonton film Superman, Anda pasti akan melihat sang jagoan melakukan hal-hal yang mustahil dilakukan oleh manusia biasa, seperti melempar mobil dengan tangan kosong, menghancurkan pintu baja, melompati gedung, dan aksi aneh lainnya.
Mengapa Superman bisa melakukan hal-hal aneh semacam itu?
Alasannya adalah karena dia memiliki kekuatan super.
Bicara mengenai kekuatan super, di Indonesia ini ternyata juga
ada manusia yang memiliki kekuatan super. Salah satu “Superman” yang pernah
penulis temui, berada di Kawah Ijen, Banyuwangi.
Penampakan Kawah Ijen |
Mendengar kawah Ijen, mungkin Anda akan terbayang mengenai
keindahan pemandangan kawahnya atau fenomena blue-fire yang ada di sana. Namun, bertemu dan melihat kehidupan
sang Superman dari Kawah Ijen juga merupakan hal menarik yang sayang untuk di
lewatkan dari tempat ini.
Nah, apakah Anda tahu siapa Superman yang penulis maksud?
Apakah Superman yang biasa kita lihat dalam film sedang terbang di sekitar kawah?
Atau Clark Kent (nama dari tokoh Superman) yang sedang liburan di Ijen?
Apakah Superman yang biasa kita lihat dalam film sedang terbang di sekitar kawah?
Atau Clark Kent (nama dari tokoh Superman) yang sedang liburan di Ijen?
Bukan...
Superman yang penulis maksud adalah para penambang belerang tradisional yang sudah sejak lama melakukan aktivitasnya di kawah Ijen.
Superman yang penulis maksud adalah para penambang belerang tradisional yang sudah sejak lama melakukan aktivitasnya di kawah Ijen.
Pertemuan penulis dengan para manusia super tersebut,
berawal ketika penulis dolan ke gunung Ijen bersama dengan seorang teman
penulis yang bernama Hairi. Singkat cerita, ketika kami memasuki jalur
pendakian dan melangkah beberapa meter saja, secara tiba-tiba penulis melihat
seseorang yang memanggul keranjang berjalan di belakang kami berdua. Kami langsung
berpikir, mungkin orang tersebut ingin mencari rumput.
“Oh, bukan mas, saya mau ngambil belerang di
atas.”
Ternyata, si bapak yang membawa keranjang merupakan salah
seorang dari penambang belerang di tempat ini. Sembari naik, kami pun mengobrol-ria
dengan si bapak penambang- sebut saja pak Firman. Berdasarkan keterangan dari
pak Firman inilah, Kami baru tahu kalau di tempat ini ada aktivitas penambangan
belerang yang dilakukan secara tradisional.
Penambang dan wisatawan di jalur pendakian |
Pak Firman merupakan salah seorang penambang yang sudah 15
tahun menambang belerang di sini. Selama 15 tahun itu, trek menanjak sejauh 3-4
km sudah menjadi “sarapan” rutin bagi pak Firman. Bahkan, menurut Beliau, dulu
sebelum jalan dari desa tempat tinggalnya menuju Pal Tuding (basecamp pendakian Ijen) belum bisa dilalui
motor, Beliau biasa berjalan kaki dari desa menuju kawah.
Plang basecamp Pal Tuding |
Meskipun hari masih pagi, tetapi kawah Ijen ini sudah
dipadati oleh banyak orang. Mereka adalah para penambang yang akan mencari
belerang dan para wisatawan yang ingin melihat pemandangan kawah serta fenomena
blue-fire. Apalagi menurut penduduk
setempat, menikmati kawah paling baik dilakukan sebelum jam 7 pagi. Karena pada
jam 7 keatas, kabut tipis sudah mulai menyelimuti kawah.
Jalur pendakian ke kawah cukup terjal sehingga membuat
banyak orang berhenti karena ngos-ngosan (walaupun sebagian besar jalurnya
sudah dilebarkan dan diperhalus).
Suasana jalur pendakian ijen |
Namun, pak Firman yang sudah akrab dengan jalur tersebut, langsung
tancap gas menuju puncak tanpa istirahat.
“Ayo mas, malah capek kalo sering berhenti-berhenti.
Nanti aja di atas istirahatnya.” Pak Firman berusaha menyemangati.
Demi, mendapatkan cerita menarik dari sang superman, penulis
pun memaksakan diri tetap berjalan tanpa istirahat.
Penambang memanggul keranjang untuk membawa belerang |
Puncak kawah sudah ramai dipadati orang. Baik wisatawan
maupun penambang. Para penambang terlihat mulai masuk menuruni kawah melalui jalan
setapak kecil yang terdiri dari bongkahan batu-batu besar.
Spot lokasi tambang belerang |
Setelah diamati baik-baik, ternyata para penambang di tempat
ini terdiri dari beragam usia. Mulai dari yang muda hingga yang sangat senior.
Penulis pun menjumpai penambang yang usianya sudah lebih dari 50 tahun.
Dengan menggunakan cangkul atau linggis, mereka mengambil
belerang yang menyatu dengan batuan disekitar kawah. Ciri-ciri dari batuan yang
mengandung belerang, dapat dilihat dari warnanya yang kuning.
Bongkahan belerang dalam keranjang |
Bersama dengan penambang yang lain, Pak Firman terlihat
mulai memasukkan bongkahan belerang yang telah beliau tambang ke dalam
keranjang. Empat buah keranjang yang dibawa, seluruhnya dimuati oleh bongkahan
belerang. Tetapi, untuk membawanya, Pak Firman melakukannya secara bergantian.
Sepasang keranjang dibawa dulu turun ke bawah (basecamp), kemudian beliau naik
lagi dan mengambil sepasang keranjang lainnya.
Wisarawan dan penambang yang saling bergantian dalam mengakses jalan |
Menurut Pak Firman, penambang disini biasa memikul bongkahan
belerang seberat 85 kg dari dalam kawah hingga ke tempat penimbangan di Pal
Tuding. Padahal, menurut sebuah artikel kesehatan yang pernah penulis baca,
normalnya seseorang mampu membawa beban sepertiga dari berat badannya.
Apalagi para penambang harus melewati jalur yang berupa
turunan agak curam dengan waktu tempuh kira-kira 2 jam. Tentu jika manusia
biasa yang membawa beban seberat itu, bisa terjungkal dan masuk ke jurang.
Pak Firman juga menceritakan bahwa aktivitas penambangan
disini bisa terjadi selama 24 jam. Tapi, biasanya beliau melakukan aktivitasnya
sejak pukul 05.00 hingga 09.00 pagi.
“Dalam satu hari, Saya
paling pol kuat dua kali ngangkut belerang mas. Abis itu, istirahat di rumah.” Kata
Pak Firman menjelaskan rutinitasnya sehari-hari.
Ketika penulis menanyakan, apakah rahasianya sehingga mampu
membawa beban seberat itu, jawabannya adalah...
“Nggak ada mas. Saya
kuat soalnya udah jadi kebiasaan sejak lama.”
Penambang yang sedang beristirahat sejenak |
Mungkin Anda sering mendengar ada seseorang yang bilang
kalau bisa karena biasa dan biasa karena itu terpaksa. Ternyata, pak Firman pun
juga mengikuti prinsip ini. Dia bisa karena terbiasa membawa belerang sejak
lama dan awalnya pun beliau memaksa dirinya sendiri untuk mengangkat beban
seberat itu.
“Saya waktu awal-awal
nambang, besoknya langsung istirahat 3 hari di rumah mas. Soalnya gak bisa
gerak sama sekali.” Kenang Pak Firman.
Melihat kegiatan yang luar biasa itu, Penulis sempat
berpikir kalau para penambang terpaksa melakukan kegiatan ini karena tidak ada
pilihan pekerjaan yang lain. Tapi, ternyata penulis mendapatkan jawaban yang
tidak terduga...
“Saya seneng mas kerja
di sini. Soalnya, kerja beginian tuh enak. Kita berangkat subuh terus pulang
jam 9-an. Nah, abis itu kan waktunya kosong. Kita bisa deh nanem-nanem di
kebon, ngangon kambing, atau kerjaan yang lainnya.”
Melewati jalan berbatu |
Pak Firman pun juga ternyata punya hitung-hitungan matematis
yang memperkuat pilihannya itu. Menurut beliau, jika kerja jadi kuli bangunan,
sehari Cuma bisa dapat 50 ribu per hari. Itu juga waktu kerjanya dari pagi
hingga sore. Sementara di penambangan, per kilo belerang di bayar seharga
Rp1000. Sehingga kalau dapat 85 kg, bayarannya 85 ribu. Dan waktu yang
dihabiskan hanya 4-5 jam di pagi hari saja. Setelah itu, mereka bisa mencari
tambahan pendapatan yang lainnya.
Selain Pak Firman pun, penulis juga menanyakan hal yang
serupa kepada penambang lain yang lebih senior. Ternyata jawabannya pun sama
dengan pak Firman. Malah penulis juga menemukan yang sudah sejak tahun ‘87
melakukan aktivitas penambangan di sini.
Menambang dalam kepulan asap belerang |
Bagi kita orang awam, tentu melihat pekerjaan tersebut membuat
geleng-geleng kepala. Apalagi resiko dari pekerjaan ini sangat tinggi. Resiko
seperti jatuh, sesak nafas, keracunan, dsb., pastinya membayangi para
penambang. Namun, para penambang tampak enjoy
menjalani pekerjaan tersebut. Padahal, jika kita terkena asap dari belerang,
dijamin mata kita akan perih, mengalami sesak nafas, dan terbatuk-batuk karena
gas belerang yang terhidup ke dalam paru-paru.
Sembari menunggu Pak Firman memenuhi keranjang yang di bawa,
penulis menyempatkan untuk melihat aktivitas penambang di kawah ini. Ternyata,
selain di jual kepada pengepul, beberapa penambang juga mengolah belerang hasil
tambang mereka ke dalam berbagai macam hiasan belerang dengan bentuk yang
menarik. Selain kekuatan super, kreatifitas pun juga dimiliki oleh para
superman di sini.
cinderamata khas kawah ijen |
Nah, menurut Anda, bagaimanakah cara membuat cindera mata di
atas?
Apakah Anda setuju kalau mereka membuat hiasan tersebut dengan cara memahat bongkahan belerang?
Apakah Anda setuju kalau mereka membuat hiasan tersebut dengan cara memahat bongkahan belerang?
Jika, Anda berpikiran begitu, berarti Anda sama dengan
penulis, keliru 100%.
Ternyata, prinsip pembuatannya sangat sederhana. Hanya
belerang cair yang di masukkan ke dalam cetakan dan di taruh di dalam air
biasa. Salah seorang penambang mencoba mencontohkan dengan memasukkan belerang
cair ke dalam drum yang berisi air putih biasa.
Sim-salabim, bukan sulap, bukan sihir, belerang cairnya
langsung menjadi padat seperti batu.
Sedang membuat hiasan belerang |
“Lho, kok bisa ya?”
Penulis yang nilai kimia waktu SMA pas-pas-an pun hanya bisa
melongo keheranan ketika melihat fenomena tersebut. Bagaimana mungkin benda
cair bertemu dengan benda cair, bukannya larut, tapi yang satunya malah jadi
padat?
Hairi yang lulusan SMK kimia pun juga berpikir keras,
bagaimana itu bisa terjadi. Namun, jawaban tidak kunjung ditemukan.
Kalau Anda punya jawaban untuk menjelaskan fenomena
tersebut, penulis mohon untuk di beritahu.
Dan akhirnya kami mengambil kesimpulan, dari pada mikir yang
aneh-aneh tapi otaknya juga tidak sampai, mending di beli saja hiasannya untuk
oleh-oleh, hehe....
Selain untuk cindera mata, ternyata hiasan tersebut juga
memiliki khasiat untuk mengobati gatal-gatal.
“Itu dihancurin terus
dipake luluran pas mandi mas!” jelas pak Firman.
Menurut pak Firman, banyak yang sudah mencoba dan hasilnya
pun cukup memuaskan. Bahkan pak Firman pun menurunkan rumus rahasianya berupa
belerang yang sudah dihaluskan, di campur madu, dan di campur jeruk nipis, lalu
dipanaskan. Kemudian campuran bahan tersebut dipakai untuk mengobati bagian
yang gatal.
ps: kalau Anda mau mencoba silahkan, tapi
penulis tidak tanggung jawab kalau ada apa-apa...
Sepasang keranjang berbobot 85 kg |
Setelah selesai memenuhi keranjangnya, kemudian pak Firman
memanggul keranjangnya dan membawanya turun. Kami pun mengikuti jejak pak
Firman dari belakang hingga sampai ke basecamp kembali.
Melihat perjuangan dari Pak Firman dan juga penambang yang
lain, Penulis mendapatkan suatu pelajaran supaya tidak mudah untuk menyerah
dalam hidup ini. Terutama dalam persoalan mencari rezeki. Mungkin ada di antara
kita yang mudah mengeluh dalam mencari rezeki, memilih pasrah dan bergantung
pada orang lain, bahkan memilih jalan pintas untuk mendapatkannya. Padahal,
diluar sana masih banyak orang-orang seperti Pak Firman ini yang rela untuk melakukan
pekerjaan berat (kadang terlihat mustahil untuk dilakukan) demi menghidupi
keluarga mereka. Benarlah jika ada yang mengatakan, apabila ada kemauan, disitu
pasti ada jalan. Dan, para superman dari kawah ijen itu telah membuktikan
kebenaran dari kata-kata tersebut. Salut untuk mereka....
Berusaha melewati jalur curam dan berbatu |
Gila River Casino & Hotel - Dr.MCD
BalasHapusGila River Casino 삼척 출장마사지 & Hotel. 1 Casino 파주 출장마사지 Drive, Biloxi, MS 김포 출장마사지 39530. 3/5/21 at 밀양 출장샵 1 Casino Drive, Biloxi. Directions, 84630. Gila River Casino 청주 출장마사지 & Hotel (480) 577-3100.