Pages

Ads 468x60px

Labels

About Me

Foto Saya
Brutal... Tentu bukan itu kesan pertama yang orang lihat tentang saya. Saya cuma orang yang suka keluyuran dan ingin berbagi pengalaman keluyurannya. Harapannya bisa bermanfaat walaupun cuma untuk satu orang saja.

Sabtu, 25 Juli 2015

Superman dari Kawah Ijen

Pernah nonton film Superman?
Jika Anda menonton film Superman, Anda pasti akan melihat sang jagoan melakukan hal-hal yang mustahil dilakukan oleh manusia biasa, seperti melempar mobil dengan tangan kosong, menghancurkan pintu baja, melompati gedung, dan aksi aneh lainnya.
Mengapa Superman bisa melakukan hal-hal aneh semacam itu?
Alasannya adalah karena dia memiliki kekuatan super.

Bicara mengenai kekuatan super, di Indonesia ini ternyata juga ada manusia yang memiliki kekuatan super. Salah satu “Superman” yang pernah penulis temui, berada di Kawah Ijen, Banyuwangi. 

Penampakan Kawah Ijen
Mendengar kawah Ijen, mungkin Anda akan terbayang mengenai keindahan pemandangan kawahnya atau fenomena blue-fire yang ada di sana. Namun, bertemu dan melihat kehidupan sang Superman dari Kawah Ijen juga merupakan hal menarik yang sayang untuk di lewatkan dari tempat ini.

Nah, apakah Anda tahu siapa Superman yang penulis maksud?
Apakah Superman yang biasa kita lihat dalam film sedang terbang di sekitar kawah?
Atau Clark Kent (nama dari tokoh Superman) yang sedang liburan di Ijen?


Bukan...
Superman yang penulis maksud adalah para penambang belerang tradisional yang sudah sejak lama melakukan aktivitasnya di kawah Ijen.

Pertemuan penulis dengan para manusia super tersebut, berawal ketika penulis dolan ke gunung Ijen bersama dengan seorang teman penulis yang bernama Hairi. Singkat cerita, ketika kami memasuki jalur pendakian dan melangkah beberapa meter saja, secara tiba-tiba penulis melihat seseorang yang memanggul keranjang berjalan di belakang kami berdua. Kami langsung berpikir, mungkin orang tersebut ingin mencari rumput.

 “Oh, bukan mas, saya mau ngambil belerang di atas.”

Ternyata, si bapak yang membawa keranjang merupakan salah seorang dari penambang belerang di tempat ini. Sembari naik, kami pun mengobrol-ria dengan si bapak penambang- sebut saja pak Firman. Berdasarkan keterangan dari pak Firman inilah, Kami baru tahu kalau di tempat ini ada aktivitas penambangan belerang yang dilakukan secara tradisional.

Penambang dan wisatawan di jalur pendakian
Pak Firman merupakan salah seorang penambang yang sudah 15 tahun menambang belerang di sini. Selama 15 tahun itu, trek menanjak sejauh 3-4 km sudah menjadi “sarapan” rutin bagi pak Firman. Bahkan, menurut Beliau, dulu sebelum jalan dari desa tempat tinggalnya menuju Pal Tuding  (basecamp pendakian Ijen) belum bisa dilalui motor, Beliau biasa berjalan kaki dari desa menuju kawah.
Plang basecamp Pal Tuding


Meskipun hari masih pagi, tetapi kawah Ijen ini sudah dipadati oleh banyak orang. Mereka adalah para penambang yang akan mencari belerang dan para wisatawan yang ingin melihat pemandangan kawah serta fenomena blue-fire. Apalagi menurut penduduk setempat, menikmati kawah paling baik dilakukan sebelum jam 7 pagi. Karena pada jam 7 keatas, kabut tipis sudah mulai menyelimuti kawah.

Jalur pendakian ke kawah cukup terjal sehingga membuat banyak orang berhenti karena ngos-ngosan (walaupun sebagian besar jalurnya sudah dilebarkan dan diperhalus).
Suasana jalur pendakian ijen
Namun, pak Firman yang sudah akrab dengan jalur tersebut, langsung tancap gas menuju puncak tanpa istirahat.

 “Ayo mas, malah capek kalo sering berhenti-berhenti. Nanti aja di atas istirahatnya.” Pak Firman berusaha menyemangati.

Demi, mendapatkan cerita menarik dari sang superman, penulis pun memaksakan diri tetap berjalan tanpa istirahat.

Penambang memanggul keranjang untuk membawa belerang

Puncak kawah sudah ramai dipadati orang. Baik wisatawan maupun penambang. Para penambang terlihat mulai masuk menuruni kawah melalui jalan setapak kecil yang terdiri dari bongkahan batu-batu besar.

Spot lokasi tambang belerang

Setelah diamati baik-baik, ternyata para penambang di tempat ini terdiri dari beragam usia. Mulai dari yang muda hingga yang sangat senior. Penulis pun menjumpai penambang yang usianya sudah lebih dari 50 tahun.

Dengan menggunakan cangkul atau linggis, mereka mengambil belerang yang menyatu dengan batuan disekitar kawah. Ciri-ciri dari batuan yang mengandung belerang, dapat dilihat dari warnanya yang kuning.

Bongkahan belerang dalam keranjang
Bersama dengan penambang yang lain, Pak Firman terlihat mulai memasukkan bongkahan belerang yang telah beliau tambang ke dalam keranjang. Empat buah keranjang yang dibawa, seluruhnya dimuati oleh bongkahan belerang. Tetapi, untuk membawanya, Pak Firman melakukannya secara bergantian. Sepasang keranjang dibawa dulu turun ke bawah (basecamp), kemudian beliau naik lagi dan mengambil sepasang keranjang lainnya.

Wisarawan dan penambang yang saling bergantian dalam mengakses jalan
Menurut Pak Firman, penambang disini biasa memikul bongkahan belerang seberat 85 kg dari dalam kawah hingga ke tempat penimbangan di Pal Tuding. Padahal, menurut sebuah artikel kesehatan yang pernah penulis baca, normalnya seseorang mampu membawa beban sepertiga dari berat badannya.

Apalagi para penambang harus melewati jalur yang berupa turunan agak curam dengan waktu tempuh kira-kira 2 jam. Tentu jika manusia biasa yang membawa beban seberat itu, bisa terjungkal dan masuk ke jurang.

Pak Firman juga menceritakan bahwa aktivitas penambangan disini bisa terjadi selama 24 jam. Tapi, biasanya beliau melakukan aktivitasnya sejak pukul 05.00 hingga 09.00 pagi.

“Dalam satu hari, Saya paling pol kuat dua kali ngangkut belerang mas. Abis itu, istirahat di rumah.” Kata Pak Firman menjelaskan rutinitasnya sehari-hari.

Ketika penulis menanyakan, apakah rahasianya sehingga mampu membawa beban seberat itu, jawabannya adalah...

“Nggak ada mas. Saya kuat soalnya udah jadi kebiasaan sejak lama.”

Penambang yang sedang beristirahat sejenak
Mungkin Anda sering mendengar ada seseorang yang bilang kalau bisa karena biasa dan biasa karena itu terpaksa. Ternyata, pak Firman pun juga mengikuti prinsip ini. Dia bisa karena terbiasa membawa belerang sejak lama dan awalnya pun beliau memaksa dirinya sendiri untuk mengangkat beban seberat itu.

“Saya waktu awal-awal nambang, besoknya langsung istirahat 3 hari di rumah mas. Soalnya gak bisa gerak sama sekali.” Kenang Pak Firman.

Melihat kegiatan yang luar biasa itu, Penulis sempat berpikir kalau para penambang terpaksa melakukan kegiatan ini karena tidak ada pilihan pekerjaan yang lain. Tapi, ternyata penulis mendapatkan jawaban yang tidak terduga...

“Saya seneng mas kerja di sini. Soalnya, kerja beginian tuh enak. Kita berangkat subuh terus pulang jam 9-an. Nah, abis itu kan waktunya kosong. Kita bisa deh nanem-nanem di kebon, ngangon kambing, atau kerjaan yang lainnya.” 

Melewati jalan berbatu
Pak Firman pun juga ternyata punya hitung-hitungan matematis yang memperkuat pilihannya itu. Menurut beliau, jika kerja jadi kuli bangunan, sehari Cuma bisa dapat 50 ribu per hari. Itu juga waktu kerjanya dari pagi hingga sore. Sementara di penambangan, per kilo belerang di bayar seharga Rp1000. Sehingga kalau dapat 85 kg, bayarannya 85 ribu. Dan waktu yang dihabiskan hanya 4-5 jam di pagi hari saja. Setelah itu, mereka bisa mencari tambahan pendapatan yang lainnya.

Selain Pak Firman pun, penulis juga menanyakan hal yang serupa kepada penambang lain yang lebih senior. Ternyata jawabannya pun sama dengan pak Firman. Malah penulis juga menemukan yang sudah sejak tahun ‘87 melakukan aktivitas penambangan di sini.

Menambang dalam kepulan asap belerang
Bagi kita orang awam, tentu melihat pekerjaan tersebut membuat geleng-geleng kepala. Apalagi resiko dari pekerjaan ini sangat tinggi. Resiko seperti jatuh, sesak nafas, keracunan, dsb., pastinya membayangi para penambang. Namun, para penambang tampak enjoy menjalani pekerjaan tersebut. Padahal, jika kita terkena asap dari belerang, dijamin mata kita akan perih, mengalami sesak nafas, dan terbatuk-batuk karena gas belerang yang terhidup ke dalam paru-paru.

Sembari menunggu Pak Firman memenuhi keranjang yang di bawa, penulis menyempatkan untuk melihat aktivitas penambang di kawah ini. Ternyata, selain di jual kepada pengepul, beberapa penambang juga mengolah belerang hasil tambang mereka ke dalam berbagai macam hiasan belerang dengan bentuk yang menarik. Selain kekuatan super, kreatifitas pun juga dimiliki oleh para superman di sini.

cinderamata khas kawah ijen
Nah, menurut Anda, bagaimanakah cara membuat cindera mata di atas?
Apakah Anda setuju kalau mereka membuat hiasan tersebut dengan cara memahat bongkahan belerang?

Jika, Anda berpikiran begitu, berarti Anda sama dengan penulis, keliru 100%.

Ternyata, prinsip pembuatannya sangat sederhana. Hanya belerang cair yang di masukkan ke dalam cetakan dan di taruh di dalam air biasa. Salah seorang penambang mencoba mencontohkan dengan memasukkan belerang cair ke dalam drum yang berisi air putih biasa.

Sim-salabim, bukan sulap, bukan sihir, belerang cairnya langsung menjadi padat seperti batu.

Sedang membuat hiasan belerang
“Lho, kok bisa ya?”

Penulis yang nilai kimia waktu SMA pas-pas-an pun hanya bisa melongo keheranan ketika melihat fenomena tersebut. Bagaimana mungkin benda cair bertemu dengan benda cair, bukannya larut, tapi yang satunya malah jadi padat?

Hairi yang lulusan SMK kimia pun juga berpikir keras, bagaimana itu bisa terjadi. Namun, jawaban tidak kunjung ditemukan.

Kalau Anda punya jawaban untuk menjelaskan fenomena tersebut, penulis mohon untuk di beritahu.
Dan akhirnya kami mengambil kesimpulan, dari pada mikir yang aneh-aneh tapi otaknya juga tidak sampai, mending di beli saja hiasannya untuk oleh-oleh, hehe....
Selain untuk cindera mata, ternyata hiasan tersebut juga memiliki khasiat untuk mengobati gatal-gatal.

“Itu dihancurin terus dipake luluran pas mandi mas!” jelas pak Firman.

Menurut pak Firman, banyak yang sudah mencoba dan hasilnya pun cukup memuaskan. Bahkan pak Firman pun menurunkan rumus rahasianya berupa belerang yang sudah dihaluskan, di campur madu, dan di campur jeruk nipis, lalu dipanaskan. Kemudian campuran bahan tersebut dipakai untuk mengobati bagian yang gatal.

ps: kalau Anda mau mencoba silahkan, tapi penulis tidak tanggung jawab kalau ada apa-apa...

Sepasang keranjang berbobot 85 kg
Setelah selesai memenuhi keranjangnya, kemudian pak Firman memanggul keranjangnya dan membawanya turun. Kami pun mengikuti jejak pak Firman dari belakang hingga sampai ke basecamp kembali.

Melihat perjuangan dari Pak Firman dan juga penambang yang lain, Penulis mendapatkan suatu pelajaran supaya tidak mudah untuk menyerah dalam hidup ini. Terutama dalam persoalan mencari rezeki. Mungkin ada di antara kita yang mudah mengeluh dalam mencari rezeki, memilih pasrah dan bergantung pada orang lain, bahkan memilih jalan pintas untuk mendapatkannya. Padahal, diluar sana masih banyak orang-orang seperti Pak Firman ini yang rela untuk melakukan pekerjaan berat (kadang terlihat mustahil untuk dilakukan) demi menghidupi keluarga mereka. Benarlah jika ada yang mengatakan, apabila ada kemauan, disitu pasti ada jalan. Dan, para superman dari kawah ijen itu telah membuktikan kebenaran dari kata-kata tersebut. Salut untuk mereka....

Berusaha melewati jalur curam dan berbatu

1 komentar:

  1. Gila River Casino & Hotel - Dr.MCD
    Gila River Casino 삼척 출장마사지 & Hotel. 1 Casino 파주 출장마사지 Drive, Biloxi, MS 김포 출장마사지 39530. 3/5/21 at 밀양 출장샵 1 Casino Drive, Biloxi. Directions, 84630. Gila River Casino 청주 출장마사지 & Hotel (480) 577-3100.

    BalasHapus

 
Blogger Templates